Kajian Seni Rupa Tugas 5

BUDAYA SELFIE PADA MASYARAKAT URBAN


 PENDAHULUAN

Internet  merupakan produk teknologi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagai produk teknologi, internet dapat memunculkan jenis interaksi sosial baru yang berbeda dengan interaksi sosial sebelumnya. Jika pada masa lalu, masyarakat berinteraksi secara face to face communication, dewasa ini masyarakat berinteraksi di dalam dunia maya atau melalui interaksi sosial online. Melalui kecanggihan teknologi informasi, masyarakat memiliki alternatif lain untuk berinteraksi sosial.

 

Munculnya internet dapat menghubungkan antarmanusia dari berbagai belahan dunia yang r=tidak saling kenal sebelumnya dengan mengkoneksikan komputer dengan jaringan internet. Interaksi antarmanusia tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuham hidup baik kebutuhan  rohani maupun kehidupan jasmani.

 

Perkemabangan sosial yang terus diakses oleh penduduk Indonesia akhirnya memunculkan fenomena sosial tersendiri yang disebut cyberculture. Di dalam cyberculture terdapat interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain khususnya dalam hal komunikasi dalam aspek visual. Cyberscape memberi ruang yang bebas bagi tiap individu untuk melakukan tindakan apa pun. Hal ini dapat dilihat dalam masyarakat urban yang memiliki kecanggihan teknoligi dalam smartphone yang mereka gunakan di kehidupan sehari-hari. Mereka mendokumentasikan di media sosial dalam bentuk budaya selfie.

 

RUMUSAN MASALAH

Apa tujuan budaya selfie pada masyarakat yang menggunakan smartphone?

Apa yang ditunjukan secara semiotika tentang budaya selfie?

Apa yang menjadikan selfie ini septi budaya?

 

TUJUAN

Tujuan memberi gambaran tentang beberapa hal yang dipandang penting dalam budaya selfie. Hal-hal yang akan dibahas berkaitan dengan budaya selfie yang terjadi pada masyarakat urban dan budaya selfie melalui kajian estetika fotografi, cyberculture, dan semiotika visual.

 

A. Kajian Estetika Fotografi dalam Budaya Selfie

Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaiman bisa berbentuk, dan bagaimana bisa seseorang bisa merasakannya. Herbet Read dalam bukunya The Meaning of Art merumuskan keindahan sebagai suatu kesatuan arti hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi

Fotografi memiliki bermacam-macam manfaat dengan tujuan baik untuk dokumentasi peneletian maupun sebagai media dalam tana estetika. Estetika fotografi meliputi dua tataran, estetika pada tataran ideational dan estetika pada tataran technical. Tataran ideational adalah nilai estetika yang berhubungan dengan gagasan, ide atau suatu komsep. Sementara itu, estetika techincal adalah penggalian nilai estetika melalui teknik pemotretan. Pierce menggolongkan tanda menjadi tiga yaitu ikon, indkes, dan simbol. Di dalam foto selfie yang ada di masyarakat urban dapat dianalisis ketiga tanda tersebut.

Fotografi memiliki dua fungsi, pertama sebagai media untuk merekam kenyataan dan kedua sebagai medium ekspresi artistik. Secara kodratnya sebagai alat perekam, fotografi memiliki hubungan yang dekat dengan keseharian dan perkembangan kehidupan sosial budaya dalam masyarakat. Ia memperlihatkan kehidupan urban atau pedesaan, kehidupan landscape, kultur, fashion, kegembiraan, keindahan lingkungan, kesedihan, kehancuran, perang, dan perubahan dalam masyarakat.

Di indonesia cyberculture mulai berkembang sejak internet masuk ke Indonesia. Sejatah internet Indonesia dimulai sejak tahun 1920 (zaman pra-teknologi informasi) dan terus berkembang hingga tahun 1990. Tahun 1990 internet awal mulai masuk dan digunakan untuk kepentingan surat-menyurat elektronik (e-mail) oleh pemerintah dan lembaga pendidikan. Tahun 1996 hingga tahun 1998 internet di Indonesia mulai dimaksimalkan untuk kepentingann pendidikan, dan disosialisasikan hingga ke tingkat RT dan RW, dikenal dengan istilah kampung cyber dan RT/RW NET.

Kemudian setelah berkembangnya  teknologi di Indonesia dan ada yang namanya smartphone, masyarakat Indonesia seringkali mengambil foto selfie,baik itu sendiri maupun beramai-ramai dengan keluarga atau teman. Di dalam budaya selfie terdapat juga teori narsisme yang merajalela dalam cyberscape. Konsep dan istilah narsisme berawal dari sebuah mitologo Yunani kuno tentang seorang pemuda yang bernama Narsius. Pemuda ini sangat mengagumi dan jatuh cinta pada refleksii gambar dirinya. Ia sangat menjamah dan memiliki wajah yang dilihatnya dalam air, namun setiap kali ia mengulurkan tangannya untuk meraih refleksi dirinya, bayangan itu kemudian menghilang.

Lalu apa hubungannya budaya selfie dengan narsisme? Apa yang dimaksud dengan selfie? Selfie adalah singkatan dari self potrait, yang artinya foto yang diambil dari kamera handphone atau kamera digital oleh orang itu sendiri. Mereka yang suka dengan selfie ini biasanya menyebarkan hasil dari foto merekan ke media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, atau dijadikan status WhatsApp seperti sekarang ini. Banyak anak muda yang sering kali melakukan selfie, biasanya mereka melakukan selfie ketika bertemu dengan temannya atau berpergian ke suatu tempat untuk memperlihatkan sekeliling tempat yang dikunjunginya. Dan yang paling banyak melakukan selfie ini adalah kalangan remaja wanita, karena  mereka berfiikir  dengan  mereka selfie, mereka bisa merasa percaya diri dengan dirinya sendiri dan bisa juga untuk menarik perhatian para lelaki yang melihat fotonya. Akan tetapi, tidak selamanya selfie berarti narsis. Bisa saja dia hanya selfie hanya untuk kesenangan sesaat. Sementara mereka yang narsis bisa menjadi seorang yang narsistik atau mengalami gangguan kepribadian. Penderita narsistik percaya bahwa mereka lebih unggul dan kurang memerhatikan perasaan orang lain. Namun di balik itu semua, sebenarnya dia memiliki harga diri yang rapuh dan rentan.

 

B. Kajian Semiotika Visual dalam Budaya Selfie

Semiotik atau semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti“tanda”Konsep semiotika sebagai ilmu tanda semakin berkembang, tidak hanya berlaku dalam sastra, tetapi juga dalam ilmu seni, antropologo, dan filsafat.

Roland Barthes seperti diukutip oleh Fiske (1990) menyebutkan bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda dan hubungan struktural antara penanda atau signifier (ungkapan, kata, tulisan, dan gambar) sebagai tema peretama atau penanda atau signified (konsep atau makna).

Foto adalah gambar yang memiliki banyak ciri yang sama dengan berbagai citra yang sama dengan berbagai citra yang lain. Salah satunya karakteristiik  yang paling menonjol dari sebuah foto adalah produksi mekanisme semuanya. Tomas bahkan menginterpretasikan sebagai sebuah ritual, dalam suatu proses psiko-kimiawinya di mana referennya merupakan penyebab penanda gambar.

Aspek indeksikalitas yang berbeda adalah acuan fotografis pada pengalaman pribadi. Sebagaimana dijelaskan Barger, foto-foto pribadi “memiliki arti eksistensi yang penting. Foto-foto tersebut berkata, “Lihatlah kami ada! Aku telah melihat berbagai hal, aku telah melakukan berbagai hal”. Untuk budaya selfie sendiri, keterkaitan pengalaman pribadi sangat berpengaruh dalam proses pengambilan foto selfie

Bisa saja orang-orang yang melakukan selfie ini menunjukan dirinya dan bisa memberikan tanda yang orang-orang bisa melihatnya, semisal seorang wanita remaja yang melakukan foto selfie bersama temannya dengan ekspresi yang sangat senang, kemudia wanita remaja itu mengupload hasil foto selfie dengan temannya tesebut ke media sosial seperti Instagram, dan biasanya dijadikan sebagai story atau yang sering disebut instastory. Lalu orang-orang yang mengikuti akun dari wanita remaja ini melihatnya dan bisa mengetahui bahwa mereka mengeskpresikan kebahagiaan mereka ketika bertemu.

 

SIMPULAN

Budaya selfie masyarakat urban merupakan kemajuan yang signifikan dalam perkembangan teknologi cyberscpe dan menjadikannya sebagai cyberculture. Ada beberapa alasan yang bisa dijelaskan dalam foto selfie. Pertama, budaya selfie dalam masyarakat urban dapat menjadi moral panic karena di dalam segala aktivitas yang dilakukan harus diunggah ke media sosial dan  jejaring sosial agar mendapat pengakuan dari masyarakat tentang eksistensi  diri. Sebagai makhluk sosial, manusia ingin berhubungan dengan manusia lainnya, dan dengan budaya selfie, mereka dapat mengekspresikan segala bentuk perasaan sebagai benetuk hiper semiotik, yaitu kecenderungan yang melampauinya.

Kedua, selfie juga menandakan bahwa pengguna menggunakan keterbukaan diri (self disclosure) di media sosial. Efek keterbukaan diri itu adalah interaksi dan komunikasi yang terjadi dengan pengguna lain akan semakin erat. Ketiga, foto diri merupakan suatu narsisme digital. Sebuah foto diri selain sebagai eksistensi diri, juga sebagai bentuk pertunjukan di depan panggung untuk menarik kesan pengakses atau pengguna lain dalam jaringan pertemnan di media sosial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Literatur Pada Jurnal

Kajian Seni Rupa dan Desain Tugas 2

Tugas 3 Kajian Seni Rupa dan Desain